Jumat, 03 Januari 2014

Kuch-Kuch-Kucing

Tidak ada komentar :
Sore hari menjelang malam yang dingin. Menyambut malam sembari menikmati sebatang rokok di Warung Bucek. Menunggu malam ini, mendadak aku teringat pada dua ekor kucing liar yang kini berdomisili di Warung Bucek. Sesekali lah menulis tentang teman manusia yang hidup di bumi ini, hehehehe

Melanie sok jual mahal kalau di jepret euy.....
Melanie, adalah kucing kecil betina warna abu-abu yang lucu, nama Melanie diberikan karena aku mendadak teringat sosok penyanyi yang menurutku berbeda. Kedatangannya juga masih misteri, tidak tahu kucing siapa? datang darimana? bahkan kok bisa tiba-tiba ada di warung... hohoho. 

Kehadiran Melanie di Warung Bucek memberikan warna baru bagi aktifitas di warung. Beragam respon muncul akan keberadaan Melanie, semuanya berpendapat baik walaupun masih ada kawan-kawan yang nongkrong di warung Bucek takut sama kucing.

Respon positif akan keberadaan Melanie terlihat dari antusias untuk merawatnya. Semenjak ada Melanie, teman-teman selalu berbagi makanannya kepada si Melanie. Awalnya Melanie tidak terlalu gemuk, kini sudah 1 bulan lebih, badan melanie lebih gemuk.    

Sela beberapa waktu tidak jauh dari kehadiran Melanie, tanpa ada angin apa, kok ada kawan membawa seekor kucing berwarna kuning. Katanya kucing ini terlantar di kampus. Berawal dari rasa kasihan dan kawan ini juga tahu akan keberadaan Melanie di Warung Bucek, langsung saja deh kucing jantan warna kuning dibawa ke Warung Bucek.

Melano adalah nama yang diberikan untuk kucing ini, biar mudah diingat pemanggilannya karena nama kucing sebelumnya adalah Melanie. hehehe

Lihat sini ya Melanie Melano, narsis juga nih ahhh..
Kini warung Bucek semakin ramai aja, ditambah kehadiran dua kucing lucu dan ekspresif, Melanie dan Melano. Tidak begitu sulit membuat mereka akrab, yang dimana sebelumnya mereka pada belum kenal loh...

Beberapa hari telah mereka lalui bersama, keakraban itu semakin terlihat dari pola perilaku mereka, kelincahan saling menggoda membuat kawan-kawan di Warung Bucek merasa terhibur.


Udahan dulu poto-potonya ah, ngantukk....
Ada seorang teman memiliki ide untuk mengurung mereka dalam kandang yang sudah disediakan untuk mereka. Tapi kandang itu tidak bertahan lama karena si Melanie dan Melano sedang suka berlari-lari dan bermain. Maklum saja mereka belum dewasa, kucing-kucing ini masih suka bermain-main.

Akhirnya mereka berdua lebih sering tiduran bebas di jalan bersemen, karpet, atau di atas kandang mereka. Bahkan meja warung, kolong lemari, jaket pengunjung yang bertebaran ketika warung ramai pun tak lepas dari hempasan badan Melani dan Melano. Sepertinya mereka sudah nyaman sekali disini.

Eits, tapi ada satu hal yang belum bisa di prediksi oleh seorang pun pengunjung warung Bucek. Kotoran. Waktu pupup si Melanie dan Melano benar-benar tak terduga dan belum bisa di kontrol. Tengah malam tiba-tiba ada kotoran di tumpukan celana, pupup di atas karpet di sebelah orang duduk, atau seperti sore tadi tiba-tiba ada kotoran di pojok warung. Ckckck...

Melanie dan Melano. Kucing Warung Bucek. Pernah terpikir jika mereka sudah lebih besar nanti. Bertemu dengan kucing lain dan bersaing kemudian punya anak-anak kucing. Apa mereka masih kucing lucu dan bersahabat? Atau orang-orang di Warung ini yang menjadi tidak lucu dan bersahabat? 

Melanie dan Melano, kucing Warung Bucek. Tetap lucu dan bersahabat ya


Read More

Kamis, 02 Januari 2014

Pancasila Menurutku

Tidak ada komentar :


Garuda pancasila akulah pendukungmu
Patriot proklamasi sedia berkorban untukmu
Pancasila dasar negara
Rakyat adil makmur sentosa
Pribadi bangsaku
Ayo maju maju
Ayo maju maju
Ayo maju maju

Lagu Garuda Pancasila tiba-tiba bergaung di antara batas kesadaranku di gemerlap sisa pesta awal tahun ini. Ayo maju, Ayo maju... Maju kemana? Aih, sepertinya itu suara garuda-garuda mudamu hingga Sang Merah Putih pun setia berayun, segan menunggu pada setengah tiangnya.

Indonesia atau Nusantara? 

Kata nusantara lebih dulu ada dibanding Indonesia. Bahasa sansekerta yang berarti daerah/pulau (nusa) dan lainnya (antara). Nusantara sendiri merujuk pada daerah lain yang berafiliasi langsung dengan Kerajaan Majapahit pada masa jayanya. Hingga sekarang kata Nusantara bergaung dengan nama Mahapatih Gajah Mada dengan Sumpah Palapanya.

Seandainya, 
kita kembali ke masa dimana pemuda-pemuda yang menjadi pencetus negara Indonesia dahulu berjuang. Menjadi siapa kah dirimu, aku, kita?

Menilik kembali proses lahirnya negara Indonesia, teringat satu tokoh proklamator Indonesia. Bung Karno. Pidato Bung Karno mengenai konsepsi awal Pancasila dalam sidang BPUPKI tanggal 1 Juni 1945 menyebut Pancasila sebagai landasan negara Indonesia merdeka.

Pancasila. Panca berarti lima dan sila berarti asas atau prinsip. Pancasila merupakan ideologi yang menjadi dasar bagi negara Indonesia.

Ketuhanan Yang Maha Esa. Ke-an awalan dan akhiran yang bermakna membentuk kata benda atau sifat/ keadaan yang dinyatakan dalam kata dasarnya. Konfiks ke-an dalam kata ketuhanan ini berarti proses memiliki Tuhan. Bertuhan dalam kepercayaan atau keyakinan terhadap zat yang tak terdefinisi jamaknya tetapi tunggal.

Kesadaran akan sesuatu yang jauh lebih berkuasa terhadap manusia dan dunia ini muncul dalam diri. Secara kolektif kesadaran bertuhan ini tumbuh dan berkembang pada tiap nusa sesuai dengan coraknya masing-masing. Saat ini kita mengenal beberapa diantaranya seperti Parmalim di Sumatera, Kejawen di Jawa, Kaharingan di Kalimantan, dan Tolottang di Sulawesi.

Interaksi antara individu yang homogen tersebut menimbulkan suatu sistem. Secara sosial, sistem ini bertujuan untuk memanusiakan manusia. Sehingga dari kebersinambungan sistem ini timbul lah peradaban yang berkeadilan. Muncullah sila ke-2, kemanusiaan yang adil dan beradab.

Dahulu Kerajaan dengan pemimpinnya bergelar Raja merupakan sistem bermasyarakat yang beradab dan berkeadilan. Tiap Nusa memiliki sistem pemerintahannya sendiri dengan latar belakang uniknya masing-masing.

Seiring dengan berjalannya waktu, perbedaan-perbedaan antar suku dan budayanya masing-masing menimbulkan dialog yang konstruktif bagi berdirinya negara Indonesia. Satu hal yang menyatukan berbagai macam suku, budaya, agama, ras, dan sebagainya ini adalah sejarah penjajahan oleh bangsa asing di tanah mereka.

Sila Persatuan Indonesia merupakan ikrar persatuan dari berbagai macam latar belakang Nusa. Tidak ada suku Sumatera, tidak ada suku Jawa, tidak ada suku Sulawesi, tidak ada suku Papua. Semuanya melebur menjadi satu bangsa Indonesia.

Satu bangsa, satu negara. Semuanya menjadi sama statusnya, yaitu warga negara Indonesia. Negara Indonesia  ini harus memiliki pemimpin yang hikmat dan bijaksana. Kembali pada nilai-nilai keberagaman dan kemanusiaan, pemimpin harus dipilih berdasarkan musyawarah. Menurut KBBI, musyawarah adalah pembahasan bersama dengan maksud mencapai keputusan atas penyelesaian masalah; perundingan; perembukan.

Tapi, coba bayangkan jika semua warga negara Indonesia berembuk untuk mencari satu pemimpin? Karena itu dibentuklah sistem perwakilan dari tiap daerah. Nah, Majelis Permusyawaratan Rakyat adalah representasi yang tepat dari pengertian sila ke-4 Pancasila. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan.

Lalu, menjadi seperti apa negara Indonesia yang kaya dengan perbedaan dan memiliki pemimpin yang bijaksana atas rakyatnya yang beradab? Pada sila ke-5 inilah visi Indonesia tertuang. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Karena semua rakyat Indonesia sama, keadilan harus ditegakkan. Keadilan sosial disini harus dimaknai sebagai keadilan dalam berkehidupan tiap-tiap manusia Indonesia dalam berbangsa dan bernegara. Sama rata sama rasa, tanpa terkecuali.

Ah, cukup lah dulu berangan-angannya. Semua pengertian ini semoga bisa bermanfaat bagi kita semua. Siapa aku, kamu, kita dan mereka adalah urusanku, urusanmu, urusan kita dan urusan mereka. Yang penting tujuan kita masih sama, Indonesia jaya.

Read More

Rabu, 01 Januari 2014

Perpustakaan, Laboratorium Masturbasi Intelektual. Kalau Tidak Salah, Sih..

Tidak ada komentar :


Judul yang langka dalam benak pikiran kita masing-masing ya? mungkin saja iya.

Biar lebih seru lagi, coba kita bedah satu-satu ya.

Perpustakaan menurut Undang-Undang Perpustakaan pada Bab I pasal I menyatakan, perpustakaan adalah institusi yang mengumpulkan pengetahuan tercetak dan terekam, mengelolanya dengan cara khusus guna memenuhi kebutuhan intelektualitas para penggunannya melalui beragam cara interaksi.

Setelah kita mengetahui apa itu perpustakaan. Kemudian kita akan membahas peran dan tujuan perpustakaan:

Peran perpustakaan adalah suatu upaya untuk memelihara dan meningkatkan efisiensi dan efektifitas proses belajar-mengajar. 

Tujuan perpustakaan adalah untuk membantu masyarakat dalam segala umur dengan memberikan kesempatan dengan dorongan melalui jasa perpustakaan agar mereka: 
  1. Dapat mendidik dirinya sendiri secara berkesinambungan 
  2. Dapat tanggap dalam kemajuan pada berbagai lapangan ilmu pengetahuan, kehidupan sosial dan politik. 
  3. Dapat memelihara kemerdekaan berfikir yang konstruktif untuk menjadi anggota keluarga dan masyarakat lebih baik 
  4. Dapat mengembangkan kemampuan berfikir kreatif, membina rohani dan dapat menggunakan kemampuannya untuk dapat menghargai hasil seni dan budaya manusia 
  5. Dapat meningkatkan tarap kehidupan sehari-hari dan lapangan pekerjaannya 
  6. Dapat menjadi warga negara yang baik dan dapat berpartisipasi secara aktif dalam pembangunan nasional dan dalam membina saling pengertian antar bangsa 
  7. Dapat menggunakan waktu senggang dengan baik yang bermanfaat bagi kehidupan pribadi dan sosial. 
Perpustakaan telah kita bedah secara singkat, pembedahan selanjutnya adalah laboratorium. Menurut tante Wiki, laboratorium (disingkat lab) adalah tempat riset ilmiah, eksperimen, pengukuran ataupun pelatihan ilmiah dilakukan. Laboratorium biasanya dibuat untuk memungkinkan dilakukan kegiatan-kegiatan tersebut secara terkendali. Jadi, Laboratorium memang dirancang khusus sesuai dengan disiplin ilmunya masing-masing, agar proses kegiatan yang dilakukan tidak berbahaya bagi orang lain.

Kemudian, apa sih masturbasi itu?

Menurut Pak KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), masturbasi adalah proses memperoleh kepuasan seks tanpa berhubungan kelamin. Kenapa orang-orang biasanya masturbasi, karena ingin memenuhi hasrat pribadinya disebabkan oleh beberapa faktor.

Dan yang terakhir yaitu intelektual. Intelektual berasal dari kata dasar intelek yang berarti terpelajar atau cendekia. Nah, menurut tante Wiki, intelektual adalah orang yang menggunakan kecerdasannya untuk bekerja, belajar, membayangkan, mengagas, atau menyoal dan menjawab persoalan tentang berbagai gagasan.

Lalu apa hubungannya perpustakaan dengan laboratorium, masturbasi dan intelektual? Ya, memang perpustakaan dan laboratorium sama-sama memiliki wujud gedung. Keduanya juga tempat orang-orang terpelajar pergi untuk mencari dan menempa ilmu pengetahuan. Lalu, ehm... masturbasi? Aktivitas intelektual di perpustakaan dan laboratorium?

Hohoho, tunggu dulu, Kawan. Mari kita sempitkan lagi menjadi perpustakaan pada institusi pendidikan Indonesia. Institusi pendidikan disini adalah sekolah dan perguruan tinggi.

Jika bicara sekolah dan perguruan tinggi, pasti langsung teringat dengan yang namanya "siswa" dan "mahasiswa". Bisa dibilang siswa dan mahasiswa merupakan intelek karena keduanya belajar, menjawab soal, dan berkegiatan lain yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan. 

Mencari referensi kuliah/pelajaran, mengerjakan tugas, belajar kelompok merupakan beberapa aktivitas yang biasa dilakukan oleh siswa dan mahasiswa. Perpustakaan menjadi sama seperti laboratorium, sibuk bereksperimen atas nama ilmu pengetahuan. Selain untuk kuliah dan kepentingan riset pribadi siswa/mahasiswa, kira-kira apa lagi, ya, yang dicari para intelektual ketika pergi ke perpustakaan? 

Bagaimana dengan membaca santai? Oh, Kawan, itu sangat menyenangkan... bagi diri sendiri, sih. Tidak ada bedanya dengan masturbasi yang memuaskan diri sendiri. 

Bahkan belajar kelompok, mencari referensi, dan mengerjakan tugas juga demi kepuasan pribadi para intelektual. Ketika tugas, karya ilmiah, belajar kelompok itu selesai dilaksanakan, tujuan telah selesai. Kegiatan itu semua didasari oleh kuliah/pelajaran yang merupakan kewajiban para intelektual dengan tujuan untuk mendapat gelar atau naik kelas. Ketika sudah sudah naik kelas dan mendapat gelar, diri puas, sudah selesai.

Kita kembali lagi pada tujuan perpustakaan yang 7 diatas. Pada titik ini perpustakaan sudah mencapai satu tujuannya, dapat mendidik dirinya sendiri secara berkesinambungan. Padahal dalam kesinambungannya, para intelektual kita bisa menjadi warga negara yang baik dengan kemampuan berpikir kreatif dan solutif bagi permasalahan di sekitarnya, selain hanya bermasturbasi. 

Keadaan perpustakaan-perpustakaan di Indonesia setidaknya jauh lebih baik dari perpustakaan pertama yang tercatat di Indonesia. Perpustakaan pertama Indonesia adalah perpustakaan gereja di Batavia. Perpustakaan ini mulai digagas tahun 1624, tapi baru diresmikan tahun 1643. Lama setelah itu baru tercatat ada perpustakaan yang didirikan oleh VOC tahun 1778 di Batavia.

Saat ini terdapat Undang-Undang Perpustakaan no 43 tahun 2007 yang mengatur perpustakaan secara umum. Secara khusus mengenai pengadaan buku, pengembangan dan perawatan perpustakaan institusi pendidikan telah diatur dalam pasal 23. Untuk sekolah diwajibkan mengalokasikan anggaran untuk pengembangan perpustakaan sebesar 5% dari seluruh anggaran belanja sekolah di luar gaji pegawai. Untuk perguruan tinggi diatur pada pasal 24, alokasi dana untuk pengembangan perpustakaan disesuaikan dengan peraturan lain sesuai standar nasional pendidikan dan standar nasional perpustakaan.

Sayangnya masyarakat kita bukan masyarakat yang memiliki budaya literasi. Dari zaman kejayaan kerajaan-kerajaan Nusantara, sastra dalam bentuk tertulisnya hanya bisa dinikmati oleh kalangan tertentu. Berbeda dengan pagelaran-pagelaran seperti tari, musik, olah peran dan gambar yang lebih dinikmati dan digandrungi banyak kalangan hingga saat ini. Melihat, menonton dan mendengar lah budaya masyarakat awam Indonesia.

Maka tidak heran melihat hasil riset UNESCO mengenai Indeks Minat Baca di Indonesia yang dirilis pada 2012 mencatat baru mencapai 0,001. Artinya dalam setiap 1.000 orang, hanya ada satu orang yang punya minat membaca. Nah, menurut Kepala Bidang Akuisisi Perpustakaan Nasional RI, Asep Muslih, kunjungan masyarakat Indonesia ke perpustakaan saat ini masih berada pada peringkat ke-124 dari 187 negara di dunia. 

Oke, Kawan, itu hanya data. Lalu apa yang telah kita, para intelektual Indonesia, lakukan dengan perpustakaan? Pernahkah kita, para Intelektual Indonesia, pergi ke perpustakaan untuk mencari solusi bagi permasalah yang ada bagi masyarakat? Seberapa sering kah seorang intelektual pergi ke perpustakaan untuk mencari solusi dari masalah-masalah bagi masyarakat?

Munculnya intelektual Indonesia dengan budaya literasinya seharusnya bisa menjadikan Indonesia jaya. Tentunya hanya jika para intelektual tidak hanya bermasturbasi pada laboratorium pengetahuan yang bernama perpustakaan.
Read More